Keadaan paling menyiksa sepanjang liburan kali ini adalah pada saat lo begadang sampe jam setengah 4 pagi dan lo harus bangun jam setengah 7 pagi untuk siap siap dan berangkat les kimia. Kebayang ngantuknya? Semua yang guru les lo omongin bakal mental di lo. Gak ada yang masuk ke otak. Dan lebih menyiksa lagi karena lo harus nahan ngantuk yang disertai sakit perut panggilan alam karena pagi pagi udah makan ketoprak. Tambah siksa lagi ketika lo kehilangan uang goceng lo untuk naik ojek pulang dan terpaksa jalan kaki sampe ke rumah dengan perasaan ngantuk dan kebelet boker setengah mati.

Huah.

Tapi rasa paling damai di dunia adalah, ketika lo menikmati semua itu dan tidak mengeluh karenanya.

Ini perkara pilihan. Gue yang pilih begadang meskipun tau akan ada les. Gue yang pilih beli ketoprak meskipun tau bakal sakit perut sesudahnya. Dan gue juga yang pilih jalan kaki karena males ngubek ngubek tas buat nyari tuh duit.

Dan saat menjalani itu semua, gua memilih menikmatinya.. Rasanya? Cadas.

Aku sudah tahu, akan begini jadinya. Tapi tetap saja aku pergi kesana. Tempat dimana akan terjadi kejatuhan ku untuk yang kesekian kalinya. Catat : di lubang yang sama, untuk yang kesekian ribu kali. Tapi entah mengapa, aku selalu ingin kesana. Menikmati sakitnya saat rasa hancur itu datang. Siapa peduli? Aku sudah kebal. Mati rasa. Bebal. Tidak peduli. Aku saja tidak perduli, jadi jangalah kalian sok peduli. Penyakitku kumat, memusuhi dunia. Bendera perang lagi-lagi kuangakat tinggi. Dunia mungkin bosan, kalian mungkin bosan, tapi lagi-lagi....siapa peduli?

Satu hal, aku jengah.

"Wish me luck!"
"No, no! you don't need luck."
"Eh?"
"You need blessing. So, God bless you"

cari sensasi sebelum merem.

hati saya bilang tangan ini harus bergerak, mengetik. saya harus menumpahkan semuanya disini, sederas mungkin, sampai lega. tapi......gagal nampaknya. terlalu banyak sampai bingung mulai darimana. coba kasih saya 1 pertanyaan, setelah itu saya akan cerita semua. biar lega.