Ia tidak memiliki nama. Kami memanggilnya anak yang terhilang. Namun, telah lama ia tersesat di zona nyaman, dan enggan untuk kembali pulang. Tapi nampaknya waktunya untuk bermenye-menye di negeri dongeng telah selesai. Sang realita sudah menunjukkan kehadirannya, menyambut si anak hilang yang akhirnya kembali pulang. "Sudah cukup, Nak. Malam mu sudah selesai. Lihat, matahari sudah terbit. Jadi, bangunlah! Mari songsong hari bersamaku", ujar sang realita sambil tersenyum lembut. Si anak yang terhilang mengintip takut dari balik jendela, melihat keluar. Sekujur tubuhnya bergetar, jelas sekali ia terlihat gentar. Mungkin ia belum siap. Belum siap terbunuh tajamnya belati yang dinamakan kenyataan yang sudah menanti di depan.
....
dan semoga ia selamat.
*********
