Bisa saja aku mengeluh dengan tugas begini banyak,
toh semua orang mengeluh. Presiden pun sering melakukannya!
Tidak salah, bukan?
Tapi aku malah mencari semangatku yang hilang, dan mengerjakan semua hingga selesai.
Karena aku tahu, hidupku bukan untuk itu
Bisa saja aku berteriak kencang-kencang saat ini
saat mereka melecehkanku, saat aku dihina.
Aku punya hak untuk marah! Lagipula mereka yang salah!
Tetapi aku melontarkan senyum, bukan amarah.
Karena aku tahu, hidupku bukan untuk itu
Bisa saja aku menangis di saat yang seperti ini,
di saat beban ini ada di pundak. Berat. Berat sekali.
Aku kan manusia! Wanita pula!
Kalau aku menangis, semua orang akan maklum
Tapi aku berusaha kuat,
karena aku tahu, hidupku bukan untuk itu.
Aku bisa saja mengeluh, berteriak, menangis,
saat semua hal itu datang kepadaku.
Tapi aku tidak melakukannya. Sama sekali tidak.
Mengapa?
Karena aku tahu, hidupku bukan untuk itu.
Hidupku bukanlah untuk mengeluhkan apa yang sudah menjadi kewajibanku. Tugas ya tetap tugas. Mau seberapapun banyaknya, aku HARUS bisa menyelesaikannya. Kalau tidak mau mendapat tugas, jangan pernah bersekolah!
Hidupku bukanlah untuk berteriak ketika seseorang mengolok aku, lalu aku kembali mengoloknya, atau memaki mereka dan balas mengatainya. Itulah yang dinamakan "besi menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya". Aku sungguh sadar bahwa aku sedang diuji. Bila aku terpancing, bersoraklah iblis. Aku SANGAT menghindari hal itu.
Hidupku bukanlah untuk menangisi beban berat yang ada di pundak. Beban diciptakan untuk membuatku mengerti, bahwa satu-satunya hal yang bisa membawaku keluar dari beban itu hanyalah Dia, Sang Pencipta burung, ikan, kamu, aku.
Hidupku bukanlah perkara menangis dan bersedih atau mengutuk diri saat beban dan masalah sedang kupikul.
Hidupku adalah bagaimana aku bersyukur dan tetap tersenyum saat tugas menggunung, hinaan, dan beban berat ada di depanku.
toh semua orang mengeluh. Presiden pun sering melakukannya!
Tidak salah, bukan?
Tapi aku malah mencari semangatku yang hilang, dan mengerjakan semua hingga selesai.
Karena aku tahu, hidupku bukan untuk itu
Bisa saja aku berteriak kencang-kencang saat ini
saat mereka melecehkanku, saat aku dihina.
Aku punya hak untuk marah! Lagipula mereka yang salah!
Tetapi aku melontarkan senyum, bukan amarah.
Karena aku tahu, hidupku bukan untuk itu
Bisa saja aku menangis di saat yang seperti ini,
di saat beban ini ada di pundak. Berat. Berat sekali.
Aku kan manusia! Wanita pula!
Kalau aku menangis, semua orang akan maklum
Tapi aku berusaha kuat,
karena aku tahu, hidupku bukan untuk itu.
Aku bisa saja mengeluh, berteriak, menangis,
saat semua hal itu datang kepadaku.
Tapi aku tidak melakukannya. Sama sekali tidak.
Mengapa?
Karena aku tahu, hidupku bukan untuk itu.
Hidupku bukanlah untuk mengeluhkan apa yang sudah menjadi kewajibanku. Tugas ya tetap tugas. Mau seberapapun banyaknya, aku HARUS bisa menyelesaikannya. Kalau tidak mau mendapat tugas, jangan pernah bersekolah!
Hidupku bukanlah untuk berteriak ketika seseorang mengolok aku, lalu aku kembali mengoloknya, atau memaki mereka dan balas mengatainya. Itulah yang dinamakan "besi menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya". Aku sungguh sadar bahwa aku sedang diuji. Bila aku terpancing, bersoraklah iblis. Aku SANGAT menghindari hal itu.
Hidupku bukanlah untuk menangisi beban berat yang ada di pundak. Beban diciptakan untuk membuatku mengerti, bahwa satu-satunya hal yang bisa membawaku keluar dari beban itu hanyalah Dia, Sang Pencipta burung, ikan, kamu, aku.
Hidupku bukanlah perkara menangis dan bersedih atau mengutuk diri saat beban dan masalah sedang kupikul.
Hidupku adalah bagaimana aku bersyukur dan tetap tersenyum saat tugas menggunung, hinaan, dan beban berat ada di depanku.
Hidupku adalah tentang itu.
Kamu?6 Maret 2009
------
pernah ditulis di blog lama yang sudah dihapus.